Ada saatnya ketika aku hanya
ingin berdiam diri. Tidak melakukan apa-apa. Tidak berbicara apa-apa. Melainkan
hanya sibuk berdisuksi ringan dengan teman kecil di otakku. Yang mengherankannya kenapa
banyak sekali gangguan ketika aku sedang berdua dengan teman kecilku. Tak
bisakah aku berkencan secara tenang? Aku hanya ingin berkencan.
"Kamu kenapa? Ada
masalah?"
Aku menatap sekilas orang
yang bertanya itu padaku, kemudian menggeleng pelan. Aku memang tidak sedang
ada masalah, bukan?
"Ah bohong, kamu ada
masalah kan?"
Dahiku otomatis mengernyit
mendengarnya. Sebenernya yang tahu akan diriku ini dia atau aku? Kembali aku
menggeleng pelan.
"Cobalah jujur sama
perasaan sendiri, bagikan dengan orang disekitarmu, tak ada salahnya,
kan?"
Aku merengut sebal. Aku
memang tidak ada masalah apa-apa. Lagipula walaupun memang iya, kenapa aku
harus membagikannya secara cuma-cuma? Masalahku terlalu mahal untuk dibagi
cuma-cuma.
"Aku memang tidak ada
masalah. Benar-benar tidak ada." Kataku menekankan kata 'benar-benar tidak
ada'. Akupun segera berjalan ke luar kelas. Setidaknya dia tidak mengejarku, walaupun aku
suka perhatiannya. Manusia suka mendapat perhatian bukan? Itu hal lumrah.
Aku duduk di bangku depan
kelasku. Menyandarkan kepalaku ke dinding. Rasanya hari ini begitu malas. Aku
bahkan merasa sangat mengantuk karena malasnya. Tiba-tiba aku merasakan cubitan
kecil di lenganku. Bahkan ketika aku hampir mendapatkan tidur yang nyenyak, masih ada
saja yang mengangguku.
Aku segera menegakkan
kepalaku. Melihat ke arah orang yang menyubit lenganku. Dia membalas tatapanku
hanya dengan cengiran. Aku mendengus kesal dan pergi ke lain arah.
Hari ini aku kehilangan
kencan dengan teman kecilku dan tidur yang hampir nyenyak. Tidak, aku tidak
kesal ataupun marah, hanya saja aku merasakan telah kehilangan kesempatan yang
baik. Kesempatan baik begitu jarang ditemukan akhir-akhir ini.
-----
"Drrtttt...drrttt..."
Aku melihat malas hapeku yang tertaruh pasrah di atas tempat tidur.
"Drrtttt....drrtttt...."
Aku mengambilnya. Membuka pesan yang masuk.
"Aku kurang suka
melihatmu berdiam diri seperti tadi. Ada apa?"
Aku mengetik malas, harus
berapa kali lagi aku menjelaskan masalah ini, kenapa mereka semua mendadak kepo
seperti ini.
"Tidak apa-apa, hanya
sedang ingin diam. Memangnya ada apa?"
"Aku jadi ikutan
lemas"
"Kenapa?"
"Kamu itu semangatnya
aku. Kalo kamu lemas, aku juga ikutan lemas."
Sudut bibirku langsung tertarik berlawanan arah.
"Tapi aku hanya ingin
diam. Aku baik-baik saja kok. Tenang saja."
"Iyaaa, makanya
semangat. Jika bukan untuk kamu, semangat lah untuk orang lain yang butuh
semangat dari kamu, aku orangnya."
Aku kembali tersenyum.
Kalimat yang indah. Dan orang yang berharga.
-----
Sering kali kita kehilangan semangat secara tiba-tiba. Seringkali kita kehilangan
alasan untuk semangat.
Ntah karena mood atau apapun. Kita seolah-olah menutup diri dari berbagai
alasan untuk semangat, padahal begitu banyak alasan yang ada.
Kadang kita lupa, kalau masih
ada yang menyayangi kita diluar sana. Mungkin tidak banyak, tetapi ada. Kadang
kita lupa betapa berharganya diri kita, mungkin tidak untuk diri sendiri tapi
untuk orang lain.
Kita terlalu jahat untuk
beberapa kali, jahat karena menempatkan diri kita diurutan yang paling rendah,
seakan diri ini tidak pantas untuk bahagia ataupun dibahagiakan.Tidak pantas untuk menyayangi dan disayangi. Yang sebenarnya sangatlah pantas.
Kita lupa atau mungkin tidak menyadari kalau bahagia bukan
dari orang lain ataupun siapapun, bahagia datang dari diri sendiri. Kita lah
yang harus menempatkan diri ini di bagian yang berlabel bahagia bukan malah
mencari-cari orang yang menarik kita menuju label itu.
Jangan buat diri kamu merasa tidak
bahagia kemudian menyalahkan orang lain.
"Orang lain tidak pernah berjanji untuk
membahagiakanmu, hanya kamu yang berharap bahagia padanya." - Green.
Ketika kamu bahagia, bahagia
lah untuk dirimu. Bahagia lah karena dirimu pantas untuk merasakan bahagia. Bahagia lah
karena itu hak dirimu. Dan ketika kamu terlalu lelah bahagia untuk diri
sendiri, bahagialah untuk orang disekitarmu, untuk orang yang menyakinkan
bahagianya padamu.
Walaupun kamu tidak berjanji
untuk membahagiakannya, berjanjilah tidak membuat keyakinan mereka untuk merasakan bahagia menjadi runtuh. Karena kamu pasti tahu rasanya berharap penuh untuk dibahagiakan
tetapi kemudian kamu mengetahui kalau bahagia tidak pernah dijanjikan oleh
siapapun.
:')..nice post
BalasHapusThankyou:")
Hapus