5 tahun kemudian....
Perempuan itu salah tingkah,
memeriksa semua bagian tubuhnya. Aku hanya tersenyum penuh makna. Tidak ada yang
aneh di tubuhmu, Nela. Hanya aku-pria-aneh yang sedang melihatmu sepenuh hati.
Hanya itu.
"Kenapa sih? Aku risih."
Perempuan itu akhirnya berbicara. Setelah kira-kira 10 menit kami hanya saling
menatap dan berdiam.
Aku kembali tersenyum, "Tidak,
tidak ada yang aneh padamu. Akulah yang aneh."
"Hah memang begitulah kamu.
Sejak kita SMA kamu memang terkenal aneh, apalagi kamu suka hal yang berbau
zombie dan pembunuhan."
Aku kembali tersenyum. Tidak
apa dianggap aneh karena berbicara dengan dirimu untuk pertama kalinya sudah
membuatku merasakan bahagia. Perempuan yang berada di depanku sekarang sudah
beranjak dewasa. Ia tidak menggunakan pita berwarna-warni lagi tapi ia sudah
menggunakan make up tipis di wajahnya. Ia tidak menggunakan baju seragam SMA
lagi tapi ia sudah menggunakan baju bebas yang modis. Ia tidak belajar
mati-matian untuk menghadapi UN dan ujian masuk ke PTN tapi ia belajar untuk
menyelesaikan tesisnya.
Ruang sidang ini menjadi
saksi bisu untuk keberanianku. Keberanian yang tidak tahu dulu di mana.
Keberanian yang membuatku mendekatinya setelah ia keluar dari ruang sidang dan
aku menunggu giliranku yang akan disidang. Keberanian yang membuatnya pertama
kali membuka percakapan diantara kita.
------
Aku menghela nafas
berkali-kali. Mencoba membuang gelisah yang dari tadi menyesakkan dadaku.
Mencubit lenganku berkali-kali, mencoba meyakinkan bahwa ini bukanlah mimpi.
Sakit rasanya, berarti aku tidak bermimpi. Aku tersenyum lama, menikmati degup
jantung yang semakin lama semakin kuat. Menikmati menit-menit sebelum penantian
lamaku akan berakhir.
Arlojiku sudah basah dalam
gengamanku. Bangku taman ini pun sudah hangat karena aku sudah terlalu lama
mendudukinya. Tapi tidak apa, penantian ini akan berakhir. Saat ini rasa bahagiaku
lebih besar daripada kebencianku terhadap menunggu.
Akhirnya ia datang.
Menggunakan kemeja lengan panjang berwarna putih, rok floral sebatas lutut,
sepatu high heels yang kira-kira
berukuran 7 cm, dan tas kecil berwarna coklat. Rambutnya diikat kuda dan tidak
lupa make up tipis yang menghiasi wajahnya. Lagi-lagi penggambaran yang tepat
untuk manis.
Aku segera menyodorkan
kotak berwarna merah bergambar hati padanya. Ia hanya mengedipkan matanya,
mungkin bingung. Tanganku masih terulur padanya. Oh, ayolah Nela terima kotak ini. Aku mohon.
"Ini apa?"
Hanya ucapan itu yang keluar dari bibir merah mungilnya.
Aku tersenyum. "Ini
kotak yang berisi hatiku yang penuh akan cintaku sebagai pria aneh kepadamu,
Nela. Kuberikan khusus padamu."
Perempuan itu mengulurkan
tangannya mengambil kotak tersebut. Disentuhnya ujung-ujung kotak itu. "Kenapa
khusus buatku? Bukankah aku tidak pernah memintanya darimu?"Aku kembali tersenyum.
Lega. Setelah kurang lebih 7 tahun aku memendam rasa ini kepadanya, akhirnya
saat ini aku berani menyatakan perasaanku kepadanya. Tidak, tapi memberikan
perasaanku padanya.
"Tentu saja. Karena kotak cinta ini hanya diberikan
khusus untukmu. Karena kamu telah membuat aku sang pria aneh tidak merasakan
aneh ketika mengecap rasa cinta darimu."
"Bahkan kamu tetap
aneh ketika mengecap cintaku. Tidak kah kamu sadari itu?"
Oh, Nela. Akan aku
jelaskan sepenuhnya padamu. "Kamu
tahu terkadang aku membenci sikap anehku, bukan karena sikap itu mengangguku
tapi karena sikap itu membuat orang lain tidak memandangku. Bahkan telah berulang
kali aku mencoba mencabut akarnya. Tapi tidak pernah berhasil, makin aku
berusaha makin banyak mereka yang mencoba membunuh jiwaku. Tapi ketika aku
mengecap cintamu aku merasakan aneh ini menjadi sesuatu yang berubah menjadi
lebih aneh. Dan aku menikmati setiap jengkal keanehan ini. Aku menikmatinya.
Dan di sini aku berdiri mengotakkan hatiku yang berisi cintaku sang pria aneh
untuk kamu simpan. Simpanlah baik-baik kotak ini."
Perempuan itu tersenyum.
Antara bahagia ataupun ketakutan. "Kotak ini akan aku simpan baik-baik.
Tapi tidak kah kamu takut kehilangan hatimu dan cintamu?" Aku menggeleng dengan
tegas.
"Baiklah kalau
begitu, aku simpan. Tapi aku tidak akan mengotakkan hatiku dan memberikannya
padamu karena aku tidak mencintaimu. Bagaimana?"
Aku menimbang-nimbang
sebentar. Bukankah ketika aku menemukan seseorang yang mau menyimpan kotak
cintaku maka jangan sia-siakan dia?
"Ya, tidak apa Nela.
Asal kamu simpan cintaku ini. Simpan baik-baik ya."
"Baiklah pria aneh,
akan aku usahakan." Perempuan itu mengambil kotak cintaku. Aku
tersenyum.
------
Tau Liebster Award? selamat buat kamu! coba deh cek http://coffee-philia.blogspot.com/2014/07/first-liebster-award.html *note: bukan iklan obat kurus
BalasHapus