Pria aneh dengan sekotak cinta - I hate to say goodbye (P)

Hari ini aku diminta Ala berpakaian rapi. Aku pun tidak tahu apa motivasinya membuatku berpakaian kemeja dan memakai celana kain seperti ini. Ala juga memintaku untuk menunggunya di taman ketika kami bertemu pertama kali. Tetapi karena Ala yang memintanya, sebisa mungkin akan aku lakukan.

Aku melihatnya di bangku taman sedang menungguku. Ia lebih cantik hari ini. Dengan baju dress floral berwarna coklat muda, high heels berukuran 5 cm. Rambutnya tetap diurai seperti biasanya, namun kali ini ia menggunakan make up yang tipis.

Ketika aku sampai di depannya, aku segera memberikannya bunga mawar. Kali ini harus aku yang memberikannya bunga mawar. Ia menerimanya dengan malu-malu. Tiba-tiba dia menyodorkan kotak merah bergambar hati kepadaku.

"Emm Pura, maukah kamu menyimpan kotak cintaku ini? Dan aku berjanji akan menyimpan kotak cintamu juga. Dengan sebaiknya tentu saja."

Kilasan memori mengenai kotak cintaku terulang kembali, namun rasanya datar saja. Tapi ketika aku melihat kotak cintanya Ala, hatiku bergetar.

"Ala, kamu tahu kan aku pria aneh yang dijauhi semua orang? Kamu tidak menyesal? Karena ya penyeselan selalu datang terakhir."

Ala tersenyum. "Tidak, aku yakin pada diriku dan aku yakin pada dirimu. Maukah?"

Aku tersenyum. Aku mau sebenarnya tetapi...

"Maafkan aku Ala. Sebelumnya kotak hatiku sudah disimpan oleh seseorang disana. Maafkan aku yang sebelumnya belum pernah menceritakan ini padamu.”

Raut wajahnya seketika berubah saat itu. "O..oh..Aku tidak tahu sebelumnya. Maafkan aku. Tapi dimana seseorang itu sekarang?"

Aku hanya tersenyum. Ah, kotak cintaku yang malang, entah dimana dia sekarang. Dan aku juga tidak tahu bagaimana bentuknya sekarang. Kotak cintaku pasti telah berdebu tak terurus. 

"Tidak tahu Ala. Tidak tahu dimana ia sekarang. Tapi kotak cintaku telah berdebu tidak terurus." Aku tersenyum kecut.

"Ah maafkan aku kalau begitu. Apakah kau menyesal?"
 
"Aku tidak menyesal pernah mencintainya. Aku menyesal terlalu cepat percaya padanya. Kini kamu lihat aku menderita disini. Kotak cintaku tidak terurus dan begitu pula akan diriku. Aku menjadi lemah dan tua, mungkin sebentar lagi aku akan hilang."

"Kalau begitu biarkan aku menjagamu sebelum kamu hilang, Pura."

Aku tersenyum. Dia memang perempuan baik. Seandainya kita bertemu lebih awal, Ala. Seandainya saja.

"Jangan. Jangan kamu buang waktumu sia-sia karena aku. Pergilah mencari pria lain yang akan saling menjaga kotak cinta kalian."

"Tapi---"

"Pergilah. Ikuti kataku, Ala. Aku memohon padamu. Tapi ingat jangan gegabah percayakan kotak cintamu pada pria lain."

Bulir itu turun mengalir dipipinya. Aku tidak sanggup melihatnya. Kamu harus bahagia kelak. "Tidak Pura, jika memang kita tidak bisa bertukar kotak cinta, kita bisa tetap menjadi teman seperti dulu. Seperti yang aku bilang, teman akan selalu bertahan kan? Aku akan bertahan untuk kamu, Pura.”

Aku mengangguk senang. Ikut menangis bersamanya. Ikut merasakan sakit ini bersamanya. Sedikit merutuki takdir yang telah terjadi di hidupku. Tapi aku juga merasa bahagia, karena disisa hidupku yang tidak akan lama lagi, ada Ala yang akan menjagaku. Dan selama itu juga aku akan menjaganya. 

Kamu akan mendapatkan yang terbaik, Ala. Aku akan senantiasa disampingmu meskipun kelak kamu akan bersama pria lain yang lebih beruntung mendapatkanmu. Sampai kapanpun aku akan tetap mencintaimu.

Komentar