Hari ini aku diminta Ala
berpakaian rapi. Aku pun tidak tahu apa motivasinya membuatku berpakaian kemeja
dan memakai celana kain seperti ini. Ala juga memintaku untuk menunggunya di
taman ketika kami bertemu pertama kali. Tetapi karena Ala yang memintanya,
sebisa mungkin akan aku lakukan.
Aku melihatnya di bangku
taman sedang menungguku. Ia lebih cantik hari ini. Dengan baju dress floral
berwarna coklat muda, high heels
berukuran 5 cm. Rambutnya tetap diurai seperti biasanya, namun kali ini ia
menggunakan make up yang tipis.
Ketika aku sampai di
depannya, aku segera memberikannya bunga mawar. Kali ini harus aku yang memberikannya
bunga mawar. Ia menerimanya dengan malu-malu. Tiba-tiba dia menyodorkan kotak
merah bergambar hati kepadaku.
"Emm Pura, maukah
kamu menyimpan kotak cintaku ini? Dan aku berjanji akan menyimpan kotak cintamu
juga. Dengan sebaiknya tentu saja."
Kilasan memori mengenai
kotak cintaku terulang kembali, namun rasanya datar saja. Tapi ketika aku
melihat kotak cintanya Ala, hatiku bergetar.
"Ala, kamu tahu kan
aku pria aneh yang dijauhi semua orang? Kamu tidak menyesal? Karena ya
penyeselan selalu datang terakhir."
Ala tersenyum. "Tidak,
aku yakin pada diriku dan aku yakin pada dirimu. Maukah?"
Aku tersenyum. Aku mau
sebenarnya tetapi...
"Maafkan aku Ala.
Sebelumnya kotak hatiku sudah disimpan oleh seseorang disana. Maafkan aku yang
sebelumnya belum pernah menceritakan ini padamu.”
Raut wajahnya seketika
berubah saat itu. "O..oh..Aku tidak tahu sebelumnya. Maafkan aku. Tapi
dimana seseorang itu sekarang?"
Aku hanya tersenyum. Ah,
kotak cintaku yang malang, entah dimana dia sekarang. Dan aku juga tidak tahu bagaimana
bentuknya sekarang. Kotak cintaku pasti telah berdebu tak terurus.
"Tidak tahu Ala.
Tidak tahu dimana ia sekarang. Tapi kotak cintaku telah berdebu tidak
terurus." Aku tersenyum kecut.
"Ah maafkan aku
kalau begitu. Apakah kau menyesal?"
"Aku tidak menyesal
pernah mencintainya. Aku menyesal terlalu cepat percaya padanya. Kini kamu
lihat aku menderita disini. Kotak cintaku tidak terurus dan begitu pula akan
diriku. Aku menjadi lemah dan tua, mungkin sebentar lagi aku akan hilang."
"Kalau begitu biarkan
aku menjagamu sebelum kamu hilang, Pura."
Aku tersenyum. Dia memang
perempuan baik. Seandainya kita bertemu lebih awal, Ala. Seandainya saja.
"Jangan. Jangan kamu buang waktumu
sia-sia karena aku. Pergilah mencari pria lain yang akan saling menjaga kotak
cinta kalian."
"Tapi---"
"Pergilah. Ikuti
kataku, Ala. Aku memohon padamu. Tapi ingat jangan gegabah percayakan kotak
cintamu pada pria lain."
Bulir itu turun mengalir
dipipinya. Aku tidak sanggup melihatnya. Kamu harus bahagia kelak. "Tidak
Pura, jika memang kita tidak bisa bertukar kotak cinta, kita bisa tetap menjadi
teman seperti dulu. Seperti yang aku bilang, teman akan selalu bertahan kan?
Aku akan bertahan untuk kamu, Pura.”
Aku mengangguk senang.
Ikut menangis bersamanya. Ikut merasakan sakit ini bersamanya. Sedikit merutuki
takdir yang telah terjadi di hidupku. Tapi aku juga merasa bahagia, karena
disisa hidupku yang tidak akan lama lagi, ada Ala yang akan menjagaku. Dan
selama itu juga aku akan menjaganya.
Kamu akan mendapatkan
yang terbaik, Ala. Aku akan senantiasa disampingmu meskipun kelak kamu akan
bersama pria lain yang lebih beruntung mendapatkanmu. Sampai kapanpun aku akan tetap mencintaimu.
Komentar
Posting Komentar