Prian aneh dengan sekotak cinta - I love her more than i love my self (P)

Aku kembali ke taman ini, tempat di mana aku memberikan kotak cintaku kepada cinta pertamaku. Kilasan memori mulai bergerak cepat di depanku. Menampilkan potongan-potongan kejadian yang pernah direkam oleh indra penglihatan. Seperti menonton film pendek namun aku telah mengetahui alurnya.

“Bunganya, Mas?” Seorang perempuan berwajah cantik menyadarkanku dari lamunan. Ia memakai dress polos selutut berwarna hijau tosca, rambut coklat sebahu yang terurai, flats shoes berwarna senada dengan dressnya, mukanya polos tanpa make up tapi dihiasi dengan poni yang menyamping ke kanan. Tangan kanannya memegang beberapa tangkai bunga. 
   
Entah mengapa pandangan mataku tidak bisa lepas dari wajahnya. Aku telusuri wajahnya dengan seksama. Di mulai dari alisnya yang tidak terlalu tebal tapi sedikit panjang, bulu matanya yang lentik, matanya yang berwarna hitam, hidungnya yang mancung, bibirnya yang berwarna merah. Aku sadar, ternyata yang memikatku adalah matanya, matanya berkilau. Cantik.

Perempuan itu melambaikan tangannya sebentar namun masih dengan senyumnya yang ramah, “Mas, mau bunga? Ini gratis kok. Kalau mau ini, silahkan.”

Setangkai bunga mawar terulur di depanku, tanpa ragu aku mengambilnya. “Ini dalam rangka apa, Mbak?” Perempuan tersebut kembali tersenyum. Kali ini aku baru sadar, senyumnya sederhana namun memikat. 

“Tidak ada apa-apa sih, hanya saja di kebunku sudah banyak mawar yang tumbuh. Daripada dia mati, lebih baik dibagikan saja.”

“Mawarnya cantik. Terimakasih ya, mbakkk?”

Perempuan itu segera menyodorkan tangannya. “Panggil saja aku Ala, jangan dipanggil mbak ya. Kamu?”

Akupun segera membalas salamnya. “Aku pura. Salam kenal, Ala.”
-------
Sudah setahun aku mengenal Ala, selama itu pula keadaanku sedikit membaik. Sakitku masih terus berlanjut tapi rasa sakitnya sedikit berkurang. Dia begitu baik kepadaku, bahkan sangat baik. Ia membuatku menjadi lebih hidup.

Aku kerap bertanya padanya, apakah ia malu mempunyai teman yang aneh dan tua sepertiku. Dan ia selalu menjawab fisik itu bukanlah tolak ukur untuk berteman tapi bagaimana cara kita untuk mencoba memahami satu sama lain, bagaimana cara kita untuk menghargai satu sama lain, bagaimana cara kita untuk mendukung satu sama lain, dan bagaimana cara  kita untuk tetap bertahan. Kalimat itu selalu membuatku tersenyum.

Ala perempuan yang baik, ia sebisa mungkin berusaha untuk menjaga perasaan orang di sekitarnya. Walaupun aku tahu, terkadang ia merasa lelah. Menjaga perasaan orang lain itu merupakan pekerjaan yang berat. Karena perasaan diri sendiri harus berada di bawah perasaan orang lain. Apalagi kalau ternyata mereka tidak menjaga perasaan kita dan berbuat seenaknya.

Ala perempuan yang baik. Aku tahu persis itu. Ia tidak mau merepotkan orang disekitarnya, maka dari itu ia sebisa mungkin menyimpan semua masalahnya sendirian. Karena aku juga tahu menyimpan semuanya terkunci di dalam hati bukanlah hal yang mudah. Terkadang rasanya hatimu akan meledak karena beban yang kamu tanggung sendirian.

Aku tidak tahu sejak kapan aku mengenal seseorang sedalam ini. Yang aku tahu aku masih ingin mengenal Ala lebih dalam lagi. Seakan-akan aku ingin mengetahui dirinya secara utuh. Aku ingin membuat diriku menjadi sosok yang mengenal dan mengerti dia. Aku ingin membuat diriku menjadi sosok yang tidak asing bagi dirinya. Sehingga dia bisa percaya dan merasa aman terhadapku. Sehingga dia tidak akan melakukan segala hal sendirian, karena ada aku di sampingnya.

Aku telah jatuh cinta padanya. Jatuh yang lebih dalam daripada masa laluku. Jatuh yang membuat diriku lebih mencintai dirinya daripada diri sendiri.

Ala, aku mencintaimu. 

Komentar