Asin manis gula garamnya hidup.

Hidup ini banyak asin manis gula garamnya. Ketika kamu mendapatkan manisnya gula, maka beruntunglah kamu. Dan ketika kamu mendapatkan asinnya garam? Kamu juga akan mendapatkan 'beruntung' itu setelahnya. Tetapi lebih beruntunglah bagi kamu yang bisa menciptakan rasa manis sendiri dari asinnya garam.

Bagi kamu yang bisa, saya iri. Saya cemburu.

Bagaimana bisa 'manis yang tercipta dari asinnya garam' berpihak kepada kamu? Sehingga kamu termasuk orang beruntung yang tidak sia-sia. Bagaimana bisa saya dan mungkin jutaan manusia lain di bumi ini tidak semudah kamu untuk mendapatkannya? Sehingga kami termasuk orang beruntung yang sia-sia.

Apakah kamu menggunakan suatu ilmu sehingga manis yang tercipta tadi selalu menyertaimu? Dan ilmu apakah yang kamu pakai? Kalau tidak keberatan, tolong beritahu saya. Bukankah manusia diciptakan untuk saling tolong-menolong?

Tetapi dari mana kamu tahu ilmu itu? Dan kenapa saya dan yang lainnya mungkin saja tidak mengetahui ini? Apakah ilmu ini semacam ilmu sakral yang hanya orang terpilih saja yang mendapatkannya? Atau  ilmu ini adalah ilmu mahal yang hanya dapat dibeli oleh kalangan atas?

Tolong beritahu saya. 

Kenapa kamu tidak menjawab? Apakah saya terlalu banyak bertanya? Bukankah malu bertanya maka sesat dijalan? Saya tidak mau sesat, maka dari itu saya mengajukan semua pertanyaan yang muncul dipermukaan pikiran saya.

Kenapa kamu hanya tersenyum? Saya  membutuhkan jawaban bukan hanya senyumanmu. Toh senyumanmu tidak lantas membuat semua pertanyaan saya terjawab. Kamu hanya membuat saya dan mereka yang lainnya semakin bingung. Semakin bingung kami semakin banyak pertanyaan yang menguap. Jangan salahkan kami, kamu yang membuat pertanyaan itu menguap.

Tidakkah kamu mau memberitahu sedikit mengenai ini? Kenapa 'manis dari asin' itu sulit untuk ditemukan? Kenapa kebanyakan yang ditemukan dari asin itu adalah asam? Dan terkadang pahit lah yang terkuap, bukan asam ataupun manis.

Kenapa manis seolah memilih-milih mana yang mau ia datangi? Kenapa ia tidak datang secara menyeluruh setiap waktu? Kenapa ia harus datang sesekali dalam jangka waktu tertentu di kehidupan manusia? Bukankah sudah cukup banyak manusia yang ditaraf krisis dan sangat membutuhkan manisnya hidup?

"Saya beritahu sesuatu kepada kamu, Green. Sekalipun manusia telah terseok-seok kelelahan hanya untuk memohon manis datang kepadanya, manis tetap tidak akan datang dengan cuma-cuma kepadanya. Percaya sama saya."

Apa maksud kamu berbicara seperti itu? Apakah itu tandanya manis tidak memiliki rasa belas kasihan kepada kita manusia? Bahkan jika harga diri kita sudah jatuh di tempat paling dasar pun, apakah manis tetap sekejam itu?

"Ya tentu saja. Itulah manusia, ia terlalu terobsesi dengan harga diri. Entah kenangan apa yang dibuatnya dengan harga diri sebelumnya. Sehingga ia seolah-olah menjungjung harga diri setinggi yang ia bisa. Bahkan terkadang ia memaksakan harga diri di tempat paling tinggi, padahal ia sendiri tak tahu cara sampai ditempat paling tinggi itu."

Kamu bicara apa? Jelas saja harga diri itu penting. Kalau tidak, mungkin kamu sudah diinjak-injak oleh mereka lainnya.

"Green, hidup bukan hanya perkara harga diri. Banyak hal yang lebih penting. Tentu saja manusia harus memiliki harga diri. Tetapi bukan berarti harga diri tersebut kalian dewakan."

Apakah manis tahu perihal harga diri harus ada? Kalau iya kenapa ia masih sekejam itu?

"Tentu saja ia tahu! Ia bukan kejam tetapi dia memilih yang tepat. Ia takkan mau membuang persentase manis ditubuhnya hanya untuk manusia yang seolah mendewakan harga diri. Ia tak mau membuang manis ditubuhnya hanya karena manusia terseok-seok ketika mereka membutuhkannya."

Tapi..

"Green, manis itu pemilih. Ia hanya mendatangi manusia yang bersungguh-sungguh memungut remah di perjalanan hidupnya. Ia hanya mendatangi manusia yang mensejajarkan harga diri dengan semua kekurangan dirinya. Ia hanya mendatangi manusia yang sungguh-sungguh memikirkan manis dari asinnya hidup. Bukan manusia yang hanya lelah mendapatkan asinnya hidup dan ingin mendapatkan manisnya hidup."



Komentar