Mungkin bagi sebagian orang
bulan September tahun ini merupakan bulan yang menyenangkan. Bulan yang penuh
gelak tawa. Bulan yang terlalu sayang untuk dilupakan. Bulan yang terlalu
banyak menyisakan kenangan manis.
Tapi bagiku dan mereka, tidak.
September on this year is a broken hearted month.
Terlalu banyak hati yang
patah di bulan September ini. Terlalu banyak air mata yang terjun bebas.
Terlalu banyak kata-kata sakit yang dieskpresikan. Terlalu banyak kulit
terkoyak yang menyisakan perih.
Tidak, tidak hanya satu yang
merasakan, tidak juga dua atau tiga tetapi lima. Terlalu banyak hati yang rusak
dalam satu bulan ini, bukan?
Hati bukan perkara mudah yang
bisa dibicarakan maupun dirasakan. Hati bukan perkara mudah yang bisa cepat
diselesaikan. Hati juga bukan perkara salah atau tidaknya. Tapi perkara tepat
atau tidak tepatnya.
Seringkali kita merasa tepat
pada awalnya. Merasa bahwa semua akan baik-baik saja. Merasa bahwa kita bertemu
pasangan yang akan menjaga hati kita. Seringkali kita tak pernah berpikir akan risikonya.
Bagaimana kalau hati yang dititipkan ternyata dibawa kabur? Bagaimana
kalau hati yang dititipkan ternyata ditelantarkan? Bagaimana kalau hati yang dititipkan
dipatahkan dan diganti dengan yang baru? Bagaimana kalau hati kita hanya dijadikan suatu obsesi? Dan bagaimana kalau ternyata kita
salah menitipkan hati kita?
Dan ketika semua hal yang
tadi dipertanyakan menjadi kenyataan. Hati lagi yang menanggung bebannya.
Hati tak bisa langsung tegak
setelah jatuh, apalagi dipaksa berdiri dan berlari. Hati juga tak bisa
disembuhkan semudah memberi obat merah ditelapak tangan. Terkadang hati perlu
diberi waktu agar dia mau tegak dengan sendirinya. Tetapi lebih banyak harus
dipapah dan digendong.
Bisakah kita sedikit
menyayangi hati kita? Membiarkannya bahagia dan menjaganya sebaik mungkin? Lihatlah
hati yang rusak, mereka patah, koyak sana-sini, menolak untuk diobati karena
takut akan semakin perih. Karena apa? Karena kita tak
menjaganya. Karena kita tak merawatnya sebaik mungkin. Karena kita terlalu
gegabah membiarkannya dipeluk orang lain yang belum tentu mau memeluk balik.
Bagi kalian yang membuat
lubang hitam besar dan koyakan di hati. Lihatlah betapa kacaunya mereka
sekarang. Lihatlah mereka tak bisa berdiri, lihatlah mereka yang berusaha
menyobek bajunya dan menutupi bagian tubuhnya yang koyak. Lihatlah mereka yang
bersusah payah untuk kembali berlari.
Tidakkah kalian berpikir
mengenai hati mereka? Bahkan tidak
adakah niat kalian untuk membantunya membersihkan luka mereka? Sedikit saja?
Tidak ada? Tidak? Kalau tidak, bisakah kalian tidak membuat luka dan koyakan
itu dihati yang lain?
"Karena hati bukanlah
sesuatu yang dapat diberikan untuk dilukai dan dijadikan bahan untuk
melukai" - Green.
I think it should be a july for you, miss :p
BalasHapusSesungguhnya ada bulan lain yang lebih pantas wahai, Senja :p
HapusNggak ada yang lebih pantas selain bulan dimana kita harus merelakan yang seharusnya tak kita relakan untuk pergi.
Hapus