The Best Way


Saya belajar bahwa tidak semua manusia membutuhkan keluh kesahmu. Saya belajar bahwa tidak semua manusia bersedia dengan sukarela mendengar tangismu. Saya belajar bahwa tidak semua manusia mau melihat kesedihanmu. Saya belajar bahwa tidak semua manusia ingin dijadikan tempat pembuangan sampah menyesakkanmu.

Terkadang apa yang kita butuhkan untuk menjadi manusia seutuhnya adalah memiliki manusia lain. Manusia yang bersedia menerima keluh kesahmu. Manusia yang bersedia mendengar tangismu. Manusia yang mau melihat kesedihanmu. Manusia yang mau jadi tempat pembuangan sampah menyesakkanmu.

Kita terlalu munafik untuk beberapa saat. Berpikir bahwa disaat kita jatuh akan ada manusia yang sukarela menolong kita. Dengan sukarela memapah kita dan mengobati kita. Mungkin memang ada beberapa manusia yang dengan sukarela memapah kita. Tapi satu hal yang kita lupakan, tidak semua manusia seperti itu.   

Kita juga terlalu munafik untuk beberapa saat. Berpikir ketika kita memapah manusia, maka manusia itu akan memapah kita kembali.

Manusia memiliki tangisnya sendiri, kenapa dia harus melihat tangisanmu? Manusia memiliki keluh kesahnya sendiri, kenapa dia mau mendengarkan semua keluh kesahmu? Manusia memiliki kesedihannya sendiri, kenapa dia mau selalu mengobati kesedihanmu? Manusia bagai rangka dengan isinya sendiri, kenapa dia mau menerima sampah tak bergunamu?


Saya yakin apa yang kamu pancing, itu yang akan kamu dapat. Tapi saya belajar apa yang kamu dapat terkadang tak sebanding dengan umpanmu.

Jadi, untuk apa kamu memberikan keluh kesahmu padahal kamu bisa menyimpannya sendiri?

Jadi, untuk apa kamu mendengarkan tangismu padahal kamu bisa menangis dalam dirimu sendiri?

Jadi, untuk apa kamu memperlihatkan kesedihanmu padahal kamu bisa bersikap sebaliknya?

Jadi, untuk apa kamu membagikan sampah menyesakkanmu padahal kamu bisa medaur-ulangnya sendiri?

"Belajarlah menjadi manusia yang kamu butuhkan ketika kamu membutuhkan manusia." - Green.

Bukankah itu lebih baik?

Komentar

Posting Komentar